Tribunpandawa.Id, Cimahi — Di balik riuhnya kehidupan Kota Cimahi yang terus tumbuh, tersimpan jejak sejarah yang tak banyak diketahui. Terletak di Kelurahan Karang Mekar, Kecamatan Cimahi Tengah, berdirilah Pintu Air Kalidam sebuah bangunan sederhana namun sarat makna, saksi bisu dari masa penjajahan Belanda.
Dibangun pada masa kolonial, pintu air ini bukan sekadar saluran pengatur debit air, melainkan bagian penting dari sistem irigasi yang dulu digunakan untuk kepentingan pertanian dan infrastruktur militer Belanda di wilayah Cimahi dan sekitarnya.
Meski telah berusia puluhan tahun, struktur bangunan Pintu Air Kalidam masih berdiri kokoh, dengan detail arsitektur khas era Hindia Belanda yang mempertahankan nuansa klasik.
Dinding batunya yang tebal, besi-besi tua pengatur aliran air, serta suasana sekeliling yang asri menjadikannya lokasi yang layak disebut situs sejarah.
“Ini bukan sekadar pintu air, ini warisan. Bukti bahwa Cimahi punya akar sejarah yang dalam dan perlu dijaga,” ujar warga setempat, Pak Rahmat akrab di sapa mang Gomet ,yang sejak kecil mengenal kawasan ini sebagai tempat bermain dan belajar mengenal alam.
''Dulu waktu saya kecil sering ada orang Bule,pastinya orang luar negri pa"yang sengaja melihat dan poto-poto di Jembatan ini.ujarnya
Keberadaan Pintu Air Kalidam menjadi pengingat bahwa pembangunan Kota Cimahi tidak bisa dilepaskan dari masa lalunya. Sejarah yang mengalir bersama air, dari masa penjajahan hingga kemerdekaan, dan kini menuju masa depan.
Pemerintah Kota Cimahi diharapkan dapat memberikan perhatian lebih untuk pelestarian situs ini, baik melalui program revitalisasi, penambahan papan informasi sejarah, maupun pengembangan kawasan wisata edukatif.
Karena sejatinya, air tidak hanya mengalirkan kehidupan, tetapi juga membawa cerita dan Pintu Air Kalidam adalah salah satunya.(Mang cu)
