Tribunpandawa.id, Cimahi – Perjuangan membangun sebuah Jabatan bukanlah kisah instan yang selesai dalam semalam. Ia adalah perjalanan panjang, penuh peluh dan pengorbanan, yang tak semua orang mampu pahami, apalagi rasakan.
Ungkapan bijak mengatakan, “Perjuangan tak semudah membalikkan telapak tangan,” dan kalimat itu sangat relevan bagi mereka yang telah lebih dulu menanam akar di masa-masa sulit.
Hari ini, tongkat estafet pimpinan boleh saja berpindah tangan. Tapi satu hal yang tak boleh dilupakan pimpinan baru harus sadar bahwa apa yang mereka nikmati hari ini adalah hasil cucuran keringat dari para pendahulu.
“Pimpinan baru belum tentu tahu getirnya perjuangan dahulu. Mereka mungkin tak akan pernah merasakan bagaimana rasanya menjaga bara semangat di tengah badai ketidakpastian, bagaimana bertahan ketika semua pintu tertutup, dan hanya semangat persaudaraan yang jadi pelita,” ujar salah satu petugas senior yang tak mau namanya di cantumkan tersebut dengan mata yang berbinar penuh kenangan.
Perjalanan sebuah intansi adalah rangkaian jejak waktu yang tak bisa dipisahkan dari sejarahnya. Maka, menghormati perjuangan masa lalu bukanlah soal seremoni, tapi kesadaran untuk menjaga nilai dan semangat yang telah diperjuangkan.
Kini, harapannya sederhana agar pimpinan baru tidak hanya hadir sebagai pewaris nama, tapi juga sebagai penjaga semangat dan pembaharu yang tetap mengakar pada perjuangan.
Karena sejatinya, Jabatan yang baru bukan hanya tentang siapa yang memimpin hari ini, tetapi tentang siapa yang pernah berjuang tanpa pamrih di masa lalu.
(Mang Cu Bacuner's)
